Langsung ke konten utama

Postingan

Eksistensi Pemuda dalam Upaya Perlindungan Hutan Indonesia

Postingan terbaru

Surat Untuk Alina

  Surat Untuk Alina Oleh : Sanjay   Kekasihku Alina, Saat surat ini kamu baca mungkin aku sudah berada jauh bermil-mil dari tempat pertama kita bertemu. Aku kuatkan diriku yang rapuh untuk pergi jauh keluar dari kampung halaman seorang diri. Aku pergi dengan tanpa petunjuk. Tidak ada kerabat yang bisa aku temui. Tak seorangpun yang aku kenal disepanjang jalan yang telah kulewati. Aku pergi dengan membawa luka dihati yang dengan sengaja kau lukis.               Minggu-minggu setelah kamu memberi tahu akan menikah dengan laki-laki lain membuatku jatuh sakit. Hampir sebulan aku terbaring lemah tak berdaya diatas kasur dalam gubukku. Minggu-minggu yang sangat menyedihkan dalam sejarah hidupku. Aku terbaring lemah tak berdaya dengan harapan kamu akan menjengukku dalam sakitku. Harapan hati hanya untuk melihat senyummu dan mendengar langsung kabar pernikahanmu dari bibir manismu. Tapi setelah bulan purnama berga...

Suatu Senja di 2006

Suatu Senja di 2006 Oleh : Riyan sanjaya Aku adalah seorang pemuda biasa yang terlahir dikeluarga sederhana. Maryono adalah nama ayahku, ayah terhebat diseluruh dunia. Manusia terkuat kedua yang pernah aku kenal setelah ibuku. Kulit hitam gelam, wajahnya penuh dengan keringat, pakaiannya lusuh tertutup jaket hitam tanpa seleting sedangkan rambutnya yang telah berwarna putih ditutupi topi yang kusam, itulah ayahku. Ia menafkahi kami dengan bekerja sebagai petani karet. Setiap hari ayahku pergi menyadap karet pukul lima subuh dan baru pulang pukul lima sore. Keluar masuk hutan rimba sejauh tujuh kilometer, melewati sungai jerami yang berarus terjal, dan terkadang ia harus berjalan melewati rawang ketika musim penghujan tiba. Semua itu ia lakukan hanya untuk dapat melihat anak-anaknya sukses dimasa depan. Begitu pun dengan Ibuku. Ia adalah seorang wanita terkuat yang pernah diciptakan tuhan. Entah bagaimana cara tuhan menciptakannya hingga ibuku dapat menjelma menjadi wanita...

Kompas dari Sudut Kota

Kompas dari Sudut Kota Riyan sanjaya “Diatas sekerat daun lontar dan jelantah itu, suluh damar menjadi kompas bagiku” Hujan masih menampakkan dirinya. Hawa dingin menyergap masuk kedalam kamar. Aku sedang duduk di sebuah benda yang berkaki empat sambil menikmati secangkir kopi di depan jendela. Hmmm... hujan ini ibarat sebuah “ jog ” yang membuat aku bernostalgia pada mereka yang telah memberikan pelajaran yang sangat berarti bagi diriku atau mungkin bukan hanya diriku tapi juga setiap orang   yang pernah bersama mereka. Mungkin mereka bukanlah anak-anak spesial bagi para mereka yang meneteskan keringat keserakahan demi sebuah kursi yang kududuki saat ini. tapi mereka adalah anak-anak yang begitu berharga bagi kami yang telah memberikan banyak pelajaran tentang sebuah kehidupan. Mereka adalah segerombolan anak-anak sungai disudut kota   yang berusaha mencari perbedaan dimasa depan. Aroma mereka yang khas masih membekas tajam di hidungku. Suara riuh mereka saat...

Sedikit Tentang Emakku

heii guys, sanjay kembali update di blog nih. selamat membaca :) Sedikit Tentang Emakku Riyan sanjaya Minggu pagi ini terasa dingin. Sisa air masih terdengar dari atas rumah bekas hujan tadi malam. Hawa dingin masuk lewat celah-celah jendela. Perlahan mendesak ke arah pori-pori hingga selimut tertarik tambah kencang. Derap langkah kaki, keretongen dan sepeda motor mulai terdengar tanda hari baru telah dimulai. Di luar satu persatu manusia pergi sambil memikul keranjang. Ada juga yang berombongan karena satu arah dan tujuan. Kebon balam lah tujuan mereka. Di dapur terdengar suara seperti orang sedang memasak. Suatu hal yang biasa aku dengar setiap subuh. Emakku selalu bangun di saat sepertiga malam. Di saaat bapakku masih sibuk dengan alam mimpi dan irama dengkurannya. Disaat kami masih berada di dalam rajutan benang buatannya.   Disaat mimpi sudah melewat klimaks dan menuju endingnya. Sama seperti yang lain, emakku harus bangun pagi untuk mempersiapkan bekal yang akan ...